Tidak sekadar menulis. Apa yang dilakukannya adalah sebuah "ikhtiar" sebuah usaha sungguh-sungguh untuk menjaga kemurnian bahasa Jawa dari kekeliruan penulisan dan pergeseran makna yang semakin rentan terjadi.
“Tujuan saya sederhana,” ujarnya dengan rendah hati, “melestarikan bahasa Jawa agar tidak hilang digerus zaman.”
Kalimat sederhana itu menyimpan tekad yang luar biasa. Ia memilih jalur yang mengasyikkan: menulis novel berbahasa Jawa yang seru dan menarik. Dengan begitu, ia tidak hanya menyasar para akademisi atau orang tua, tetapi juga generasi muda yang haus akan cerita yang relevan namun tetap sarat dengan nilai-nilai budaya.
Beliau membuktikan bahwa bahasa Jawa bisa hidup dalam medium modern seperti novel, dengan alur yang memikat, konflik yang manusiawi, dan karakter yang mudah kita kenali.
Novel-novelnya menjadi jembatan. Bagi yang mahir berbahasa Jawa, ini adalah kesempatan untuk menikmati cerita dalam bahasa yang paling nyaman di hati. Bagi yang mungkin sudah mulai lupa, ini adalah ajakan lembut untuk belajar dan mengingat kembali. Setiap halaman adalah pengingat bahwa keindahan dan kedalaman bahasa Jawa layak untuk kita jaga bersama.
Bahasa adalah jiwa dari sebuah budaya. Ketika sebuah bahasa punah, hilang pula cara pandang dunia, filosofi hidup, dan kekayaan sastra yang dikandungnya. Upaya seperti yang dilakukan Bambang adalah mengingatkan kita bahwa kemajuan tidak harus menghapus identitas.
Bahasa Jawa tidak hanya menjadi fosil yang dikenang, tetapi hidup, bernafas, dan bercerita. Mari kita dukung bersama agar warisan berharga ini tetap abadi untuk generasi mendatang.