Membaca bukan sekadar kegiatan menyerap informasi. Lebih dari itu, membaca adalah latihan berdialog dengan pikiran sendiri. Saat membaca, otak kita tidak pasif seperti saat menonton video atau film. Ia aktif menganalisis, mempertanyakan, menghubungkan, bahkan membantah isi bacaan. Di sanalah kerja otak diasah. Ia tidak hanya menerima, tapi juga menanggapi. Itulah yang membuatnya tajam.
TikTok bisa menghibur, film bisa menginspirasi, tapi hanya buku yang memaksa kita untuk berpikir secara mendalam. Buku melatih konsentrasi. Buku mengajak kita berjalan pelan, menyelami makna, menyusun pemahaman dari potongan kata demi kata. Buku memancing kepekaan, membentuk karakter, dan memperluas horizon kita.
Maka jika ingin otak tetap tajam, jangan tinggalkan buku. Karena buku adalah satu-satunya ruang di mana otak kita benar-benar bekerja. Bukan sekadar menonton atau mendengar, tapi berdialog. Dan dialog itu—di dalam sunyi, di antara halaman demi halaman adalah latihan mental yang tak tergantikan oleh teknologi apa pun.