Dalam budaya Jawa, seorang guru memiliki peran yang sangat penting dalam dunia pendidikan. Filosofi "Digugu dan Ditiru" menjadi pedoman yang menggambarkan bagaimana seorang guru seharusnya berperilaku dan menjalankan tugasnya. Istilah ini memiliki makna yang dalam dan menjadi cerminan betapa besarnya tanggung jawab seorang pendidik.
Makna "Digugu"
"Digugu" berasal dari kata dalam bahasa Jawa yang berarti dipercaya dan dipatuhi. Seorang guru harus memiliki kredibilitas tinggi sehingga segala nasihat, arahan, dan ilmu yang diberikan dapat dipercaya oleh murid-muridnya. Berikut adalah beberapa aspek penting dari "digugu":
- Perkataan Guru Harus Bisa DipertanggungjawabkanSeorang guru harus memberikan informasi dan ajaran yang benar, dapat dipertanggungjawabkan, serta sesuai dengan nilai-nilai kebenaran dan kebaikan.
- Nasihat Guru Harus Bisa Dipercaya dan DipatuhiMurid akan lebih mudah menerima dan mengikuti ajaran guru yang memiliki integritas, kejujuran, dan keteladanan dalam bersikap.
- Didengarkan dan DipatuhiKeberhasilan seorang guru dalam mendidik muridnya terlihat dari sejauh mana murid mau mendengarkan dan menerapkan ajaran yang diberikan. Hal ini hanya bisa terjadi jika guru memiliki wibawa dan kepribadian yang kuat.
Sebagai seorang pendidik, menjalankan filosofi "digugu" berarti memastikan bahwa setiap kata yang diucapkan memiliki dasar yang kuat, membawa manfaat, dan mampu membimbing siswa ke arah yang lebih baik. Oleh karena itu, seorang guru harus terus meningkatkan kualitas diri, baik dari segi keilmuan, moralitas, maupun cara berkomunikasi dengan siswa.