Guru Zaman Dulu: Tegas dan Berkarisma
Guru-guru pada masa lalu dikenal memiliki gaya mendidik yang tegas. Mereka menanamkan nilai-nilai tata krama dengan cara yang langsung dan disiplin. Murid diajarkan untuk menghormati orang yang lebih tua, mulai dari cara berbicara hingga sikap sehari-hari. Di kelas, guru adalah figur otoritas yang dihormati, bahkan terkadang ditakuti.
Selain itu, loyalitas guru zaman dulu terhadap sekolah seringkali tak diragukan lagi. Banyak guru yang mengabdikan seluruh hidup mereka di satu sekolah, menganggap sekolah sebagai bagian dari keluarga besar mereka. Mereka hadir bukan hanya untuk mengajar, tetapi juga untuk menjadi teladan bagi murid-murid mereka.
Guru Zaman Sekarang: Lebih Fleksibel dan Demokratis
Di era modern, gaya mendidik guru telah banyak berubah, menyesuaikan dengan perkembangan teknologi, perubahan nilai-nilai sosial, dan karakter generasi baru. Guru zaman sekarang cenderung lebih fleksibel dan menggunakan pendekatan yang lebih demokratis dalam mengajar. Mereka berusaha menjadi teman bagi murid, menciptakan suasana belajar yang nyaman dan inklusif.
Namun, tantangan yang muncul adalah bagaimana menanamkan nilai tata krama di tengah era digital. Di mana informasi tersedia di ujung jari, dan interaksi sering kali lebih banyak terjadi secara virtual daripada tatap muka. Guru zaman sekarang perlu lebih kreatif untuk mengajarkan penghormatan kepada yang lebih tua, sering kali dengan cara memberikan contoh langsung dalam keseharian mereka.
Di sisi lain, loyalitas terhadap sekolah kini juga memiliki dinamika yang berbeda. Mobilitas guru yang lebih tinggi, misalnya karena faktor karier atau kebutuhan pribadi, membuat pengabdian jangka panjang di satu tempat menjadi kurang umum. Namun, loyalitas ini sering tergantikan dengan dedikasi pada profesi itu sendiri, di mana guru berfokus pada memberikan yang terbaik untuk murid, di mana pun mereka mengajar.
Mencari Titik Temu
Tidak ada yang lebih baik atau lebih buruk antara gaya mendidik guru zaman dulu dan sekarang. Keduanya lahir dari konteks zamannya masing-masing. Yang penting adalah bagaimana nilai-nilai utama seperti tata krama dan loyalitas dapat terus ditanamkan, meski pendekatan dan metodenya berbeda.
Sebagai masyarakat, kita juga memiliki peran untuk mendukung guru dalam tugas berat ini. Orang tua, misalnya, dapat bekerja sama dengan guru untuk menanamkan tata krama kepada anak-anak sejak dini. Sementara itu, pihak sekolah dan pemerintah perlu menciptakan lingkungan yang mendukung para guru untuk tetap bersemangat mendidik dengan sepenuh hati.
Penutup
Guru adalah pilar penting dalam membentuk karakter generasi penerus. Baik guru zaman dulu dengan ketegasannya, maupun guru zaman sekarang dengan pendekatan modernnya, keduanya memiliki misi yang sama: mencetak manusia yang berkarakter, bermartabat, dan siap menghadapi tantangan zaman. Mari kita hormati dan dukung peran mereka dalam menciptakan masa depan yang lebih baik.