Namun, ada satu hal menarik yang sering kita temui di sekolah-sekolah PAUD: hampir semua gurunya adalah perempuan. Kita jarang, bahkan hampir tidak pernah, melihat seorang guru laki-laki di kelas-kelas PAUD. Mengapa bisa demikian?
Mengapa Guru PAUD Didominasi Perempuan?
Ada beberapa faktor yang menyebabkan minimnya guru laki-laki di pendidikan anak usia dini:
- Stereotip GenderProfesi guru PAUD sering dianggap lebih cocok untuk perempuan karena perannya yang erat dengan kelembutan, kesabaran, dan keibuan. Padahal, membimbing anak-anak bukanlah soal gender, melainkan keterampilan dan panggilan hati.
- Minimnya Minat dan DukunganBanyak laki-laki yang mungkin tertarik menjadi guru PAUD, tetapi ragu karena kurangnya dukungan dari masyarakat. Profesi ini sering dikaitkan dengan bayangan pekerjaan "feminin", sehingga laki-laki yang memilihnya bisa mendapat stigma tertentu.
- Aspek FinansialGaji guru PAUD umumnya lebih rendah dibandingkan jenjang pendidikan lainnya. Hal ini bisa menjadi faktor yang menghambat laki-laki untuk memilih profesi ini, terutama jika mereka merasa memiliki tanggung jawab ekonomi yang lebih besar.
- Ketidakpercayaan dan PrasangkaSayangnya, masih ada prasangka bahwa laki-laki yang bekerja dengan anak-anak kecil harus diawasi lebih ketat. Ini menciptakan lingkungan yang kurang ramah bagi guru laki-laki yang ingin berkecimpung di dunia PAUD.
Mengapa Kita Butuh Guru Laki-laki di PAUD?
Kehadiran guru laki-laki di PAUD sebenarnya sangat penting. Mereka bisa menjadi role model bagi anak-anak, terutama bagi yang mungkin tumbuh tanpa figur ayah atau sosok laki-laki yang positif di sekitarnya. Selain itu, anak-anak juga perlu melihat bahwa merawat, mendidik, dan mencintai bukan hanya tugas perempuan tetapi tugas semua orang.
Guru laki-laki juga bisa membawa perspektif berbeda dalam pembelajaran dan interaksi dengan anak-anak. Mereka bisa menunjukkan bahwa laki-laki juga bisa bersikap penyayang, sabar, dan penuh perhatian, sekaligus tetap menjadi diri mereka sendiri.
Mendorong Perubahan
Agar lebih banyak laki-laki tertarik menjadi guru PAUD, kita perlu mengubah cara pandang masyarakat. Memberikan apresiasi lebih terhadap profesi ini, meningkatkan kesejahteraan guru PAUD, dan menghapus stigma terkait gender dalam dunia pendidikan bisa menjadi langkah awal.
Dunia anak adalah dunia yang menyenangkan, dan dunia PAUD seharusnya menjadi tempat bagi siapa saja yang memiliki hati untuk mendidik—baik perempuan maupun laki-laki. Bagaimana menurut kalian? Apakah kita perlu lebih banyak guru laki-laki di PAUD?